Lebih produktif saat Work From Home (WFH), temukan IKIGAI dalam diri kamu!
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam hangat sehangat mentari dari saya, Romadona Nur Wahyudi. Mentari siang ini sangat semangat membagikan sinarnya, meskipun kebanyakan orang tak juga sempat menyapanya, sibuk mengurung diri di dalam ruangan berukuran 4x4 meter. Tanpa secuap obrolan dan singgungan fisik dengan orang lain, “Ssst... Kami sedang menjaga jarak.” Dunia memang sedang menyepi, tidak ada perkumpulan dan canda tawa di luar. Di luar ada yang sedang membersamai kita, sebuah makhluk kecil ciptaan Allah yang diutus ke bumi sebagai pengingat akan kebesaran-Nya. Meskipun, beberapa orang masih terjebak dalam sebuah keadaan yang memaksa mereka berhubungan intim dengan dunia luar, tetapi tidak denganku.
Work From Home, sebuah kata yang beberapa kali mencuat di telinga kita akhir-akhir ini. Ya, saat makhluk Allah itu muncul di kehidupan kita, sebagian besar aktivitas hidup menjadi berubah. Yang setiap kala pagi hari menjelang, setelah selesai sholat Subuh diriku sudah harus beranjak pergi ke kantor, menunggu busway, berdesak-desakan dengan penumpang lain, terjebak macet, sampai di kantor bersalaman dengan atasan, saling berangkulan dengan rekan menuju kantin, beribadah bersama, dan aktivitas di dunia luar lainnya, kini mulai hilang. Hari-hari yang ku sebut dengan ‘hari normal’ itu kini tengah aku rindukan, dan sebaliknya, kehidupan baru mulai muncul di hadapanku, aku suka menyebutnya dengan ‘hari tidak nomal’. Akan kutuangkan sebagian kecil cerita itu di sini, aku harap cerita ini tidak membosankan, walaupun di kehidupan yang nyata memang begitu adanya.
16 Maret 2020, awal pertama aku menjalankan Work From Home dan hari-hari selanjutnya juga begitu. Setiap hari memandangi laptop dan bersalaman dengan keyboard, tidak ada yang bisa di ajak berkeluh kesah, kecuali Google Assistant di gadget yang berulang kali menghibur dengan nyanyian yang tak bisa ku anggap nyanyian dan cerita lucu yang aku sendiri tidak tahu di mana letak kelucuannya, dan tembok hijau yang selalu diam tak peduli (dia selalu muncul saat aku melakukan absensi check in dan check out, kalian bisa melihatnya).
Kala waktu luang, menurut kalian apa yang bisa aku kerjakan? Tidak ada, pikirku saat itu. Beberapa kali hanya melakukan sebuah kesenangan semu, menonton video di YouTube yang tidak bermanfaat, scrolling-scrolling media sosial tidak jelas, dan lain-lain. Semua itu malah membikin candu dan keterusan, alhasil timbul rasa malas hingga tubuh menuntut rehat/refreshing terus dan aku tidak mulai-mulai untuk mengerjakan tugas atau pekerjaanku lagi.
Tapi, semua berubah ketika salah seorang kawan memposting sebuah poster kajian online di cerita WhatsApp. Hari itu, tanggal 29 Maret 2020, aku mengikuti KONGKOW (Kajian Online Nice to Know) yang diadakan oleh Masjid Baitul Maal PKN STAN dengan tema IKIGAI Series Part I dan disampaikan oleh Kak Akbar Tafsili, seorang alumni FTUI sekaligus Ketua BEM FTUI 2018 dan alumni Program Rumah Kepemimpinan (RK) yang meraih predikat Best Participant Awardee RK Batch 8 Regional I Jakarta. Kak Akbar juga aktif menulis, beberapa karyanya diantaranya adalah Mengambil Peran dan #ChangeMaker, saat ini sedang mengembangkan perusahaan sosial “Kita Juragan Indonesia”, kelihatan sekali bahwa pemateri kali ini sungguh keren.
Meskipun acara ini diadakan oleh MBM PKN STAN, tapi ada banyak sekali kawan-kawan baru dari berbagai macam asal dan latar belakang, ada yang dari UNNES, ada yang seorang karyawan/karyawati, UIN Jakarta, PNUP Makassar, UIN Yogyakarta, UNEJ, Universitas Airlangga, Universitas Indonesia, Politeknik STIA LAN Bandung, FKM UIN Sumatera Utara, dan masih banyak lagi teman-teman yang masih sekolah dari berbagai macam daerah yang tidak dapat aku sebut satu-persatu.
Menurutku, materi yang disampaikan kali ini sungguh relevan dengan keadaan saat ini, di mana kebanyakan orang berdiam diri di rumah sehingga sulit untuk melakukan kegiatan yang produktif, menemukan IKIGAI mungkin bisa menjadi salah satu solusinya. Akan ku coba menceritakan kembali beberapa materi yang ku dapat dari kak Akbar. Baik, aku mulai.
Hidup bagaikan mengeksplorasi untuk menemkan “Harta Karun” diri kita. Sesuatu yang amat bernilai. Dalam mengeksplorasi kita butuh “Peta Harta Karun”, yang berisi Arah Mata Angin dan Panduan Jalan menuju lokasi.
IKI berarti Life dan GAI berarti Worth, sehingga IKIGAI bisa diartikan sebagai Life’s Worth. Dalam menemukan arah mata angin, ada empat hal yang harus kita perhatikan. Pertama, Do what you love. Lakukan aktivitas yang membuat hidup menjadi bermakna dan antusias, aktivitas positif itu selalu kamu tunggu dan nantikan serta menjadi aktivitas favoritmu ketika kamu berada di waktu luang. Selain aktivitas, kita bisa tahu dengan menyadari pelatihan dan seminar apa yang sering kita ikuti, siapa tokoh sukses yang bisa dijadikan teman dan panutan, serta bidang apa yang kita rela untuk mempelajarinya tanpa lelah. Kedua, Do what you’re good at. Lakukan pekerjaan yang bisa dengan mudah kita kerjakan, atau tekuni pelajaran di mana kita mendapat nilai lebih baik dari orang lain, pahami keterampilan yang sudah kita kuasai dan orang lain mengakuinya. Ketiga, Do what the world needs. Ada banyak bidang yang dunia butuhkan saat ini, dalam sebuah aksi dan kata kerja, untuk menciptakan sesuatu, untuk memperbaiki sesuatu, untuk mengembangkan sesuatu dan lain sebagainya. Keempat, Do what you can be paid (reward) for. Ada dua, pertama yang kita get, seperti profesi akademik (dosen, peneliti, guru) dan profesional karir (PNS, Karyawan Swasta, dll.) dan kedua yang kita create, seperti entrepreneur, freelancer, youtuber, content creator, dan lain-lain.
Panduan jalan untuk mendapatkan IKIGAI ada empat langkah, yaitu terus mengeksplorasi diri dengan tindakan konkret/nyata, deteksi dan lawan ketakutan, hal negatif, dan kekhawatiran, kemudian musuh terbesar diri kita adalah kita sendiri sehingga kita harus berlomba pada diri sendiri untuk menjadi lebih baik setiap harinya dengan sebuah ketekunan, dan yang terakhir refleksi diri secara mendalam, dan seterusnya hingga kembali lagi pada langkah pertama.
Dengan menemukan IKIGAI dalam diri kita masing-masing, kita bisa menjadi lebih produktif dengan mengembangkan keahlian dan passion yang kita miliki. Dan akhirnya, bosan itu wajar, Rasulullah SAW saja mengasingkan diri ke Gua Hira saat sudah pusing dengan tindakan masyarakat jahiliyah, itu cara Rasul menghibur dirinya, di sana beliau beribadah dan terus merenung. Bila kita merasa bosan, apalagi saat menjalankan WFH, coba rehat sejenak, lakukan hal yang bisa menghibur kita, bisa masak, makan snack, bermain alat musik, menonton film, setelah itu kembali kepada pekerjaan lagi.
Dan hal itulah yang membuatku akhir-akhir ini ketika bosan lebih senang untuk membuka video TED Talk, membuka berita dalam bahasa Inggris, mendengar video ceramah, membaca buku, dan menulis blog. Aku sekarang sadar bahwa scrolling-scrolling media sosial memang tidak menyelesaikan rasa bosan juga tidak produktif, dan bisa mengakibatkan otak kita dull/tumpul/bodoh, karena saat scrolling-scrolling itu sadar atau tidak sadar kita tidak berpikir sama sekali, semua lewat begitu saja. Nah, dengan berusaha terus untuk menemukan IKIGAI, kegiatan #dirumahaja bisa menjadi lebih produktif dengan mengembangkan passion yang kita miliki.
Terakhir, saya mengucapkan banyak terimakasih kepada kak Akbar Tafsili yang sudah mengizinkan saya untuk menceritakan kembali materi tentang IKIGAI. Semoga bermanfaat bagi teman-teman semua. Salam lembut, selembut sutra, semoga kita bisa berjumpa di lain cerita. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
0 Comments :
Post a Comment